Pesona Alam Papandayan

(Sabtu/Minggu, 29/30 Desember 2012) Di sudut kamar, tas keril ukuran 40 liter duduk sangat manis. Didalamnya sudah masuk beberapa perlengkapan pendakian. Buku harian coklat lusuh yang isi kertasnya sudah mau habis juga telah masuk ke dalam tas. Insya Allah akhir tahun mau naik gunung. Ha, Naik gunung (lagi)? Iyap, maklum sedang punya hobi baru berpetualang dan mulai menikmatinya. 

Pendakian kali ini saya akan berangkat ke salah satu gunung  yang ada di Kabupaten Garut. Garut merupakan tempat kelahiran tetapi seumur-umur belum pernah mendaki di kampung sendiri. Memang sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Ada 3 gunung yang katanya menjadi primadona yaitu Gunung Papandayan (2665 mdpl), Gunung Guntur (2249 mdpl), dan Gunung Cikuray (2821 mdpl). Gunung Papandayan akan menjadi gunung perdana yang saya daki di wilayah Garut.

Nah sekedar perkenalan rumah saya persis berada di kaki Gunung Cikuray, tepatnya di Desa Dayeuhmanggung. Hanya saja waktu kecil belum diizinin buat ngedaki gunung. Insya Allah someday, 3 gunung di kabupaten tercinta akan didaki. 


Gunung Cikuray

Pendakian kali ini saya ikut penmas/pendakian masal PEPSI (Papandayan Expresi Penuh Sensasi). Informasinya sekitar bulan Nopember setelah pulang dari Gn.Semeru. Fiks yang berangkat ada Bang Aji, Mba Nira, Ka Icang, Ka Suri, Dewi, Bang Dewe, Bang Ari, Ka Ubit, Adi, dan Hakim. Berangkat bareng-bareng dari kampus Esa Unggul, Kebon Jeruk. Percaya tidak? Mobil Tronton ini adalah transportasi yang mengangkut kami ke Garut. Selama 7 jam beradu sesak tidak hanya dengan pendaki tetapi juga tumpukan keril. M A N T A P.

Tronton saksi bisu Jakarta - Garut

Suasana para pendaki dan keril

(Senin, 31 Desember 2012) Sebelumnya, berasa tidur ga tidur waktu di Tronton. Apalagi saat trek mobil naik ke atas berasa horor banget, tanjakan curam, berkelok-kelok, dan berlubang. Sensasi guncangannya benar-benar tiada duanya. Jantung berasa mau copot. Saya sendiri duduk di jepit Mba Nira dan Ka Ubit. Tersenyum, kapan lagi bisa merasakan pengalaman seperti ini. So, disyukuri saja mumpung masih muda dan ada kesempatan.

Pukul 4.30 WIB kami sampai di pos pertama. Entah apa nama posnya yang pasti disana ada tempat untuk melapor sebelum mendaki. Pertama kali menginjakan kaki udaranya Brrr...rrr banget. Alias dingin banget. Di atas sana mungkin akan lebih dingin, jadi ga boleh manja-manja dulu. Cukup kaos lengan panjang dibalut flanel untuk menahan dingin. Oia keren lhoo, di Papandayan ternyata ada warung-warung yang jual minuman, mie, gorengan, dan lainnya. Warungnya berderet mungkin ada sekitar 8 warung. W.O.W !!!

Warung di shubuh hari

Gunung Papandayan termasuk gunung berapi yang aktif. Aliran airnya sedikit atau banyak pasti mengandung belerang. Saya teringat kejadian saat wudhu. Shubuh itu tidak jauh dari mushola ada sungai kecil, saking semangatnya saya berkumur-kumur seperti biasanya. Sontak kepala terasa pusing dan perut rasanya mual, bau belerang bercampur besi sangat menyengat di hidung. So, hati-hati ya saat di gunung berapi bisa bahaya kalau ketelen banyak. HaHaHa (mentertawakan diri sendiri).

Pukul 7.00 WIB diadakan opening, berdo'a bersama, dan melakukan penanaman pohon di sekitar Papandayan. Kalau tidak salah 3 bulan yang lalu di sini terjadi kebakaran besar sehingga perlu pemulihan kembali. Pukul 8.00 kami berangkat ke atas, per tim mulai berangkat satu persatu. Termasuk tim kami tentunya .... :D

Tim dan senyum pagi

PEPSI ceriaaaa

Menelusuri Kawah Papandayan yang masih aktif merupakan suatu pengalaman yang luar biasa. Trek awal yang kami tempuh berbatu, di pinggir kanan tebing dan di depan kepulan asap kawah. Awal pendakian, mata tak akan habisnya melihat hamparan kawah belerang.  Disana terdapat Kawah Mas dengan lebar kubahnya kurang lebih 150 meter. Dari lapang parkir menuju kawah ditempuh sekitar 20 menit.

Trek Kawah Papandayan berbatu


 Kawah Papandayan 

Di trek kawah disarankan untuk memakai masker, buf, atau penutup lainnya. Karena asap yang terhirup baunya lumayan pekat dan mata terasa perih. So, be safety. Always.

Mampang dulu di kawah, hehe vV^^

Sepanjang trek tentunya kita bertemu dengan para pendaki lain. Saling memberikan salam, senyum, dan sapa dapat menjadi energi semangat dahsyat. Jadi jangan lupakan jurus jitu ini. Termasuk dalam moment ini saya sempat bertegur sapa dengan papa om (Beni Long) meskipun sebentar tapi bersyukur. Alhamdulillah.

Setelah melewati trek kawah  kami melewati jalur perbukitan menuju tempat camp, Pondok Saladah. Waktu yang diperlukan sekitar 2-3 jam. Jalurnya melipir bukit terdapat turunan tajam dan  tanjakan. Sekitar pukul 12.30 WIB kami sampai. Pondok Saladah sebetulnya tinggal 1 km lagi tetapi cuaca sudah tidak memungkinkan. Informasi yang didapat dari papa om, jam  2an di Papandayan sudah hujan,  anginnya kencang sehingga disarankan mendirikan tenda di semak-semak, serta  jangan lupa mengganti jaket dan kaos kaki kering. 


 Trek Menuju Pondok Saladah

Pukul 13.30 WIB Papandayan turun hujan. Kami telah selesai mendirikan tenda dan memiliki persediaan air sampai nanti malam. Hujan turun hingga larut malam. Jam 16.00 WIB seperti sudah magrib, ga tanggung setelah selesai makan dan shalat akhirnya kami semua T E P A R. Pukul 23.57 WIB saya bangun karena mendengar suara petasan diledakan. Ya Allah, ga di kota ga di gunung kenapa mesti pakai beginian yak? I know, tahun 2013 gitu lho tapi please kita lagi di gunung. Ketenangan alam berasa di paksa perang.

(Selasa, 1 Januari 2013) Huooo......RINDU SUMMIT ATTACK dan sudah sangat kenyang bobok. Jam 5 shubuh celingukan bangun paling awal. Setelah shalat saatnya jadi pendaki gunung yang baik, hehe membangunkan yang masih terjaga. Akhrinya, mba ra, ka icang, ka suri, bang dewe, bang ari, adi, dan hakim ikut muncak. 

Kami berdelapan bergegas menuntaskan perjalanan. Perbekalan yang dibawa cukup membawa air minum, makanan secukupnya, dan kamera. Bersama sejuk alam pegunungan kami menuju beberapa lokasi yaitu Pondok Saladah, Tegal Alun, Puncak, dan Hutan Mati. Setelah melewati Pondok Saladah jalanan sangat becek , disana terdapat gundukan tanaman edelwais, kemudian masuk kedalam hutan menuju puncak. Di sana disuguhkan trek yang TOP markotop. Kami saling membantu satu sama lain karena harus memanjat batu-batu yang tinggi dan licin. Hingga akhirnya Alhamdulillah sampai di Tegal Alun. Di sini seperti surganya edelwais (anaphalis javanica), edelwaisnya banyak sekali. Puncak Papandayan sendiri (katanya) seperti puncak Pangrango tidak ada tanda yang pasti selan semak-semak. Terakhir, Hutan Mati, tempat ini merupakan tempat yang paing ku nantikan dari lama. Dulu hanya mendengar keindahannya dari orang sekarang dapat merasakannya sendiri. Subhanalloh, Walhamdulillah, Walaailahaillaoh, Wallohu Akbar.

Manjat Bebatuan nan licin

Tegal Alun - Surga Edelwais

Edelwais (Anaphalis Javanica)

Kawasan Hutan Mati

Pesona Hutan Mati

Salam persaudaraan selama-lamanya

Terima Kasih Ya Allah atas kesempatan ini


Sampai jumpa di pendakian selanjutnya .... :D Salam Lestari !!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saat Ijab Terucap: Arsy-Nya Berguncang

My Adventure (1): Tentang Alam dan Diri Kita yang Sebenarnya